Minggu, 15 Maret 2009

Siswa yang ikut remidi mohon dibaca dan di print out !


Dewa Srani

Date: Wednesday, December 17 @ 14:46:33

Topic Hiburan
Pada jaman "inulisasi" sekarang ini, pentas wayang bukan hanya full humor, tetapi juga sudah “full dangdut” diisi dengan iringan musik dangdut akustik yang lirik-liriknya selalu menggelitik. Ada lagu Terlena yang liriknya dipelesetkan, hingga lagu India yang lagi pop: Kutch-kutch Hota Hai. Dan perlu diketahui juga, bahwa wayang kulit itu benar2 bisa dijadikan media penyampai pesan yang efektif untuk memberitakan Injil, sebagai contoh dalang Ki Drs. Suyito Basuki, M.Div yg telah mementaskan wayang dengan lakon Wahyu Sabda Jati. Dalam pentasan wayang itu, yg dimulai dari kelahiran Yesus, pelayanan hingga kematian-Nya di kayu salib atau lakon lainnya “Miyose (Kelahiran) Sang Mesias”. Pada saat ini puluhan dalang bergairah untuk memainkan wayang untuk memberitakan "kabar kesukaan"Asal-usul "dalang" adalah "ngudal piwulang," yaitu "menyampaikan ajaran." Karena itu, dalang bisa juga berfungsi sebagai guru, yang, konon, asal-usulnya adalah "digugu lan ditiru," yaitu "dianut atau dipercaya, dan karena itu ditiru."Substansi seni pedalangan, tidak lain terletak pada "sanggit," yaitu kemampuan dalang untuk menciptakan dialog. Kata orang, dalang harus menguasai suara seluruh kotak wayang. Suara semua wayang, mulai dari yang penting sampai dengan yang tidak penting, harus dia kuasai dengan baik. Salajh satu dalang terkenal karena sabetan-sabetannya, Ki Manteb Sudarsono.Wayang Purwo/Kulit" seperti juga namanya sebagai "wayang" yang juga bisa diartikan sebagai "bayangan"ataupun "simbol" , bisa saja sebagai sekedar tontonan buat masyarakat awam, bisa juga memang sangat sarat dengan "simbol-simbol" yang secara luas bisa diterjemahkan menurut selera ataupun peresapan dari masing2 pengamat maupun penggemar "wayang purwo/kulit".Dimasa yang lalu "wayang purwo/kulit" dipergunakan oleh masyarakat Jawa untuk keperluan "ritual" seperti upacara ruwatan (ruwatan adalah upacara yang diadakan untuk menolak bala - sial - yang dikarenakan secara alami seseorang dilahirkan dengan kondisi membawa kearah malapetaka - atau yang dipercaya akan membawa malapetaka - umpamanya: anak tunggal, anak kembar, anak lelaki yang diapit oleh dua anak perempuan dsb.). Upacara lainnya yaitu untuk keperluan keselamatan desa yang setiap bulan Suro (awal bulan tahun Jawa atau bulan Muharam dalam tahun Islam) setahun sekali diadakan upacara pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan cerita "Baratayuda"agar dalam tahun berjalan desa akan diberi panen yang banyak dan keselamatan seluruh warganya (cerita "Baratayuda", yaitu kisah peperangan antara Kurawa dan Pandawa yang sesama darah Bharata untuk memperebutkan kerajaan Hastina, dianggap cerita yang sakral yang tidak setiap dalang bisa melaksanakan dan tidak setiap saat bisa dipentaskan). Kisah Baratayuda ini diterjemahkan oleh Mpu Sedah dari bhs Sansekerta ke dlm bhs Jawa Kuno ketika jaman kejayaan maharaja Jayabaya (1135-1179)Budaya Jawa itu memang begitu rumit dan multi dimensi. Pagelaran wayang adalah salah satu budaya Jawa yg multi dimensi, multi interpretasi dan banyak tidak dimengerti oleh kalangan awam termasuk penulis sendiri yg masih belajar.Sebagai contoh dlm dunia perwayangan ada Dewa Srani kata ini diambil dari kata Nasrani sebutan yg lazim digunakan dlm Al Quran untuk agama Kristen, tetapi dlm lidah Jawa dipersingkat menjadi Srani.Dewa Srani adalah putera dari raksaksa Batara Kala. Suatu waktu diceritakan bahwa Dewa Srani mempunyai ambisi ingin menguasai dunia, Ibunya Betari Durga menganjurkan agar ia mencuri jimat “kalimasada” dgn mana ia bisa mencapai tujuannya. Memang ia berhasil, tetapi akhirnya jimat itu direbut kembali oleh Arjuna.Cerita tsb diatas dikutip dari lakon Jimat Kalimasada, sebuah karangan yg diciptakan khusus pada zaman Islam. Jimat Kalimasada itu sebenarnya adalah azimat dari “Kalimat Sahadat” Islam. Pujangga pengarang dari cerita ingin memperingatkan umat Muslim agar tetap memegang ajaran2nya dan mewaspadai para penjajah & para misionaris yg dtg dari Barat, yaitu Portugis dan sesudahnya Belanda yg pada saat tsb sdh mulai mengembangkan sayapnya di Indonesia.Konon lakon tsb diciptakan ketika zaman Kerajaan Islam Demak untuk memperlihatkan permusuhan dgn bangsa Portugis di Malaka.MaranathaMang UcupEmail: mangucup@wanadoo.nlHomepage: www.mangucup.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar